HIKMAH SEBUAH CERITA
Cerita ini aku dapatkan ketika aku
mendengarkan khutbah jum’at. Aku pikir cerita ini layak untuk dibagikan kepada
kita semua karena didalam cerita ini mengandung pelajaran yang sangat penting
untuk kita semua. Walaupun bukan dari kisah nyata tapi cerita ini adalah
aplikasi dari kehidupan nyata kita semua. semoga cerita yang saya tulis ulang
ini akan dapat bermanfaat untuk kita semua.
Suatu hari, hiduplah seorang raja yang
mempunyai empat orang istri. Kehidupan sang raja sangatlah bahagia karena ke
empat istrinya mempunyai kelebihan masing-masing. Adapun istri yang ke empat
adalah istri yang paling di sayanginya karena istri yang ke empat adalah istri
yang paling muda dan paling cantik diantara tiga istrinya yang lain. Apapun
yang diinginkan istri ke empatnya pasti akan dikabulkannya. Rumah mewah,
perhiasan yang sangat mahal, semuanya akan di penuhi oleh sang raja jika istri
ke empatnya memintanya.
Kemudian istri ketiganya juga tidak kalah
cantik dengan istri ke empatnya. Ia sangat bangga dengan istri ketiganya.
Sehingga kemanapun sang Raja pergi, Ia pasti akan membawa istri ketiganya untuk
mendampinginya dan untuk di kenalkan kepada kolega dan para sahabatnya.
Adapun istri yang kedua adalah tempat sang
raja mengadu dan berkeluh kesah. Sang raja akan selalu datang kepada istri
keduanya jika ia sedang ada masalah baik
itu masalah yang kecil maupun masalah yang besar. Istri keduanya akan
memberikan win win solution kepada sang raja, sehingga masalah seberat apapun
akan selesai jika dihadapkan kepada istri keduanya tersebut.
Sementara itu
istrinya yang pertama adalah istri yang hampir tidak pernah diperhatikannya. Jika
ke tiga istrinya yang lain hidup dengan bergelimang kemewahan, maka istrinya
yang pertama hidupnya sangat memprihatinkan, bajunya lusuh dengan tubuh kurus
dan tidak terawat. Tetapi istri pertamanya tersebut masih tetap menyayangi sang
raja walaupun sang raja tidak memperhatikannya.
Suatu ketika sang raja
sakit keras, sehingga didalam benaknya muncul rasa ketakutan yang sangat.
Seketika itu ia berfikir bahwa ia sudah dekat dengan kematiannya. Kemudian dia
memanggil istrinya yang ke empat yang paling di sayanginya. Kemudian sang raja bertanya
kepada istrinya yang ke empat “wahai istriku, sebentar lagi aku akan pergi
meninggalkan dunia yang fana ini, apakah engkau mau ikut dengan ku untuk
menemaniku di dalam kuburku?”, Istri ke empatnya sontak menjawab dengan
tegas “tidak wahai suamiku aku tidak mau”. Sang raja merasa sedih dengan
jawaban istri ke empatnya. Ia merasa sakit hati dengan jawaban singkat istri
keempatnya itu. Tapi sang raja masih berfikir bahwa masih ada harapan karena Ia
masih mempunyai tiga orang istri lagi.
Kemudian
dipanggillah istri ketiganya yang sangat ia banggakan. Sama dengan istri yang
keempatnya, sang raja bertanya kepada istri ketiganya, “wahai istriku,
sebentar lagi aku akan pergi meninggalkan dunia yang fana ini, apakah engkau
mau ikut dengan ku untuk menemaniku di dalam kuburku?”, Lalu istri ke
tiganya menjawab, “tidak wahai suamiku karena sepeninggalnya engkau nanti
aku akan menikah lagi dengan yang lain”. Kesedihan sang rajapun semakin
bertambah karena istri yang dibanggakannya yang selalu setia mendampinginya
kemanapun ia pergi tidak mau mendampinginya lagi ketika ia akan menghadap Ilahi
Rabbi di dalam kuburnya nanti.
Harapannyapun
semakin menipis karena kedua istrinya yang ketiga dan keempat tidak mau
menemaninya di dalam kuburnya. Tapi sang raja masih punya istri yang ke dua
yang selalu dapat mengatasi segala permasalahan sang raja. Sang rajapun segera memanggil
istrinya yang kedua dan menyanyakan kepadanya pertanyaan yang sama seperti yang
telah ditanyakan kepada kedua istrinya yang sebelumnya yaitu istri ke tiga dan
keempatnya. Sang rajapun bertanya kepada istri keduanya, “wahai istriku,
sebentar lagi aku akan pergi meninggalkan dunia yang fana ini, apakah engkau
mau ikut dengan ku untuk menemaniku di dalam kuburku?”, Istri keduanya pun
menjawab “Wahai suamiku kali ini aku tidak dapat memberikan solusi kepadamu
dan aku tidak bisa ikut denganmu. Tapi nanti jika kau meninggal dunia, maka aku
akan mengantarkanmu sampai ke tempat peristirahatanmu yang terakhir dan akan
mendo’akanmu setiap harinya”. Mendengar jawaban istrinya yang kedua itu
sang rajapun sangat kecewa dan hampir berputus asa.
Dalam kekecewaan
dan keputus asaannya itu tiba-tiba datanglah seorang wanita tua dengan baju
yang sangat lusuh dan badan yang sangat kurus seperti tidak terawat. Ya, wanita
itu adalah istrinya yang pertama yang tidak pernah diperhatikan oleh sang raja.
Istrinya tersebut berkata kepada sang raja, “Wahai suamiku, aku bersedia ikut
dengan mu ke dalam kuburmu”, mendengar perkataan istrinya yang pertama itu sang
raja sangat sedih dan menyesal. Dia berkata “seandainya waktu dapat diputar,
maka sungguh aku akan merawatmu dan memberi perhatianku sepenuhnya kepadamu”.
Tapi sayang penyesalan itu selalu datangnya terlambat. Penyesalan tinggallah
penyesalan waktupun tidak akan pernah dapat di putar kembali.
Cerita di atas
sebenarnya tidaklah nyata dan belum pernah terjadi di dunia ini, tapi dari
cerita di atas dapatlah kita ambil hikmahnya karna cerita diatas sebenarnya
adalah cerita tentang diri kita sendiri. I’tibar atau gambaran seorang raja
adalah menggambarkan tentang diri kita sendiri. Adapun keempat istrinya yaitu :
Istri keempat menggambarkan tentang harta kekayaan kita yang ketika kita
memakainya maka kita akan terlihat indah dimata orang lain. Tapi segala harta
kekayaan dan kemewahan hidup tersebut tidak akan pernah kita bawa ke alam kubur,
semuanya akan kita tinggalkan di dunia yang fana ini. Kemudian Istri yang
ketiga menggambarkan tentang status sosial kita, itupun semua akan kita
tanggalkan kalau kita sudah meninggal dunia. Kemudian Istri yang kedua menggambarkan
tentang keluarga kita, tempat berkeluh kesah kita pada saat kita sedang ada
masalah. Keluarga kita akan dengan setia membantu kita mencarikan solusi untuk
masalah kita dan mendukung kita ketika kita berada dalam masalah. Tapi keluarga
juga tidak akan pernah mau ikut dengan kita ke dalam kubur. Mereka hanya bisa
mengantarkan kita sampai ke tempat peristirahatan kita yang terakhir dan
mendo’akan kita setiap harinya.
Adapun istri yang
pertama adalah menggambarkan tentang amal ibadah kita, shalat kita, puasa kita,
shadaqah kita dan yang lain-lain, yang tidak jarang dan memang pada
kenyataannya kita sering melupakannya. Padahal amal ibadah kita itulah yang
akan setia kepada kita, ikut kepada kita sampai ke alam kubur kita.
Semoga cerita
diatas dapat memberikan pelajaran kepada kita bahwa seharusnya yang harus paling
kita perhatikan adalah amal ibadah kita, bukan harta kita dan bukan pula status
sosial kita. Adapun keluarga kita, hendaknya kita menjaga keluarga kita karena
keluarga kitalah yang akan mendo’akan kita setelah kita meninggal dunia nanti.
Firman Allah SWT.
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan. (Q.S. At-Tahrim : 6)
Penulis,
Muhammad Ferdiansyah Susilo.
Penulis,
Muhammad Ferdiansyah Susilo.
No comments:
Post a Comment