Selamat Datang di Blog Pribadi Muhammad Ferdiansyah Susilo.... Semoga Mendapat Manfaat dari Blog ini... Terima Kasih Atas Kunjungannya....

Saturday, 6 April 2013


HIKMAH SEBUAH CERITA

Cerita ini aku dapatkan ketika aku mendengarkan khutbah jum’at. Aku pikir cerita ini layak untuk dibagikan kepada kita semua karena didalam cerita ini mengandung pelajaran yang sangat penting untuk kita semua. Walaupun bukan dari kisah nyata tapi cerita ini adalah aplikasi dari kehidupan nyata kita semua. semoga cerita yang saya tulis ulang ini akan dapat bermanfaat untuk kita semua.

Suatu hari, hiduplah seorang raja yang mempunyai empat orang istri. Kehidupan sang raja sangatlah bahagia karena ke empat istrinya mempunyai kelebihan masing-masing. Adapun istri yang ke empat adalah istri yang paling di sayanginya karena istri yang ke empat adalah istri yang paling muda dan paling cantik diantara tiga istrinya yang lain. Apapun yang diinginkan istri ke empatnya pasti akan dikabulkannya. Rumah mewah, perhiasan yang sangat mahal, semuanya akan di penuhi oleh sang raja jika istri ke empatnya memintanya.

Kemudian istri ketiganya juga tidak kalah cantik dengan istri ke empatnya. Ia sangat bangga dengan istri ketiganya. Sehingga kemanapun sang Raja pergi, Ia pasti akan membawa istri ketiganya untuk mendampinginya dan untuk di kenalkan kepada kolega dan para sahabatnya.

Adapun istri yang kedua adalah tempat sang raja mengadu dan berkeluh kesah. Sang raja akan selalu datang kepada istri keduanya jika ia sedang ada masalah  baik itu masalah yang kecil maupun masalah yang besar. Istri keduanya akan memberikan win win solution kepada sang raja, sehingga masalah seberat apapun akan selesai jika dihadapkan kepada istri keduanya tersebut.   
      
      Sementara itu istrinya yang pertama adalah istri yang hampir tidak pernah diperhatikannya. Jika ke tiga istrinya yang lain hidup dengan bergelimang kemewahan, maka istrinya yang pertama hidupnya sangat memprihatinkan, bajunya lusuh dengan tubuh kurus dan tidak terawat. Tetapi istri pertamanya tersebut masih tetap menyayangi sang raja walaupun sang raja tidak memperhatikannya.
       
       Suatu ketika sang raja sakit keras, sehingga didalam benaknya muncul rasa ketakutan yang sangat. Seketika itu ia berfikir bahwa ia sudah dekat dengan kematiannya. Kemudian dia memanggil istrinya yang ke empat yang paling di sayanginya. Kemudian sang raja bertanya kepada istrinya yang ke empat “wahai istriku, sebentar lagi aku akan pergi meninggalkan dunia yang fana ini, apakah engkau mau ikut dengan ku untuk menemaniku di dalam kuburku?”, Istri ke empatnya sontak menjawab dengan tegas “tidak wahai suamiku aku tidak mau”. Sang raja merasa sedih dengan jawaban istri ke empatnya. Ia merasa sakit hati dengan jawaban singkat istri keempatnya itu. Tapi sang raja masih berfikir bahwa masih ada harapan karena Ia masih mempunyai tiga orang istri lagi.
       
       Kemudian dipanggillah istri ketiganya yang sangat ia banggakan. Sama dengan istri yang keempatnya, sang raja bertanya kepada istri ketiganya, “wahai istriku, sebentar lagi aku akan pergi meninggalkan dunia yang fana ini, apakah engkau mau ikut dengan ku untuk menemaniku di dalam kuburku?”, Lalu istri ke tiganya menjawab, “tidak wahai suamiku karena sepeninggalnya engkau nanti aku akan menikah lagi dengan yang lain”. Kesedihan sang rajapun semakin bertambah karena istri yang dibanggakannya yang selalu setia mendampinginya kemanapun ia pergi tidak mau mendampinginya lagi ketika ia akan menghadap Ilahi Rabbi di dalam kuburnya nanti.
     
     Harapannyapun semakin menipis karena kedua istrinya yang ketiga dan keempat tidak mau menemaninya di dalam kuburnya. Tapi sang raja masih punya istri yang ke dua yang selalu dapat mengatasi segala permasalahan sang raja. Sang rajapun segera memanggil istrinya yang kedua dan menyanyakan kepadanya pertanyaan yang sama seperti yang telah ditanyakan kepada kedua istrinya yang sebelumnya yaitu istri ke tiga dan keempatnya. Sang rajapun bertanya kepada istri keduanya, “wahai istriku, sebentar lagi aku akan pergi meninggalkan dunia yang fana ini, apakah engkau mau ikut dengan ku untuk menemaniku di dalam kuburku?”, Istri keduanya pun menjawab “Wahai suamiku kali ini aku tidak dapat memberikan solusi kepadamu dan aku tidak bisa ikut denganmu. Tapi nanti jika kau meninggal dunia, maka aku akan mengantarkanmu sampai ke tempat peristirahatanmu yang terakhir dan akan mendo’akanmu setiap harinya”. Mendengar jawaban istrinya yang kedua itu sang rajapun sangat kecewa dan hampir berputus asa.
       
      Dalam kekecewaan dan keputus asaannya itu tiba-tiba datanglah seorang wanita tua dengan baju yang sangat lusuh dan badan yang sangat kurus seperti tidak terawat. Ya, wanita itu adalah istrinya yang pertama yang tidak pernah diperhatikan oleh sang raja. Istrinya tersebut berkata kepada sang raja, “Wahai suamiku, aku bersedia ikut dengan mu ke dalam kuburmu”, mendengar perkataan istrinya yang pertama itu sang raja sangat sedih dan menyesal. Dia berkata “seandainya waktu dapat diputar, maka sungguh aku akan merawatmu dan memberi perhatianku sepenuhnya kepadamu”. Tapi sayang penyesalan itu selalu datangnya terlambat. Penyesalan tinggallah penyesalan waktupun tidak akan pernah dapat di putar kembali.
       
        Cerita di atas sebenarnya tidaklah nyata dan belum pernah terjadi di dunia ini, tapi dari cerita di atas dapatlah kita ambil hikmahnya karna cerita diatas sebenarnya adalah cerita tentang diri kita sendiri. I’tibar atau gambaran seorang raja adalah menggambarkan tentang diri kita sendiri. Adapun keempat istrinya yaitu : Istri keempat menggambarkan tentang harta kekayaan kita yang ketika kita memakainya maka kita akan terlihat indah dimata orang lain. Tapi segala harta kekayaan dan kemewahan hidup tersebut tidak akan pernah kita bawa ke alam kubur, semuanya akan kita tinggalkan di dunia yang fana ini. Kemudian Istri yang ketiga menggambarkan tentang status sosial kita, itupun semua akan kita tanggalkan kalau kita sudah meninggal dunia. Kemudian Istri yang kedua menggambarkan tentang keluarga kita, tempat berkeluh kesah kita pada saat kita sedang ada masalah. Keluarga kita akan dengan setia membantu kita mencarikan solusi untuk masalah kita dan mendukung kita ketika kita berada dalam masalah. Tapi keluarga juga tidak akan pernah mau ikut dengan kita ke dalam kubur. Mereka hanya bisa mengantarkan kita sampai ke tempat peristirahatan kita yang terakhir dan mendo’akan kita setiap harinya.
       
       Adapun istri yang pertama adalah menggambarkan tentang amal ibadah kita, shalat kita, puasa kita, shadaqah kita dan yang lain-lain, yang tidak jarang dan memang pada kenyataannya kita sering melupakannya. Padahal amal ibadah kita itulah yang akan setia kepada kita, ikut kepada kita sampai ke alam kubur kita.
     
    Semoga cerita diatas dapat memberikan pelajaran kepada kita bahwa seharusnya yang harus paling kita perhatikan adalah amal ibadah kita, bukan harta kita dan bukan pula status sosial kita. Adapun keluarga kita, hendaknya kita menjaga keluarga kita karena keluarga kitalah yang akan mendo’akan kita setelah kita meninggal dunia nanti. Firman Allah SWT.
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q.S.  At-Tahrim : 6)

Penulis,

Muhammad Ferdiansyah Susilo.

No comments: